Terkadang kita sudah berusaha ikhlas,
sudah berusaha melawan keinginan lain di balik dakwah,
melawan keinginan mendapatkan ketenaran dalam dakwah,
melawan keinginan mendapatkan bagian dunia dari dakwah (mukafaah),
atau menurut istilah KH. Ahmad Dahlan, "tidak mencari kehidupan/penghidupan di dalam dakwah Muhammadiyah", dan kita sudah yakin insyaAllah akan mendapat pertolongan dunia-akhirat jika kita menolong agama Allah, sebagaimana firman-Nya.
يا أيها الذين آمنوا إن تنصر الله ينصركم
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu.” ( Muhammad: 7).Akan tetapi kita tidak menyadari tetap saja setan berusaha menyusupkan perasaan halus dan niat-niat samar yg kadang kita anggap sepele tapi justru hal ini yg akan menjerumuskan kita dalam kelalaian dan kebinasaan. Sebagaimana janji Iblis laknatullah,
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ , إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka
semuanya kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” (Shaad: 79-83)Cara halus yg disusupkan Iblis itu adalah membuat aktifis dakwah “merasa memiliki jasa dalam dakwah”, Iblis menanamkan pada hati aktivis dakwah perasaa bahwa dirinya lah "yang paling penting dan paling dbutuhkan oleh dakwah ini", sehingga tercetus dalam hatinya perasaan :
“Kalau bukan saya, dakwah di kita ini tidak jalan”
“saya yang membimbing ia agar mendapat hidayah”
“Saya pencetus dan penggerak program ini”
" berkat kerja saya atau kelompok saya, amal-amal usaha dapat ditingkatkan"
" Kalau bukan karena saya program zakat tidak akan berdaya guna seperti saat ini"
" Kalau bukan saya...."
Dll...
Hal ini mengingatkan kita bersama dengan kisah Arab badui yang datang kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ia mengaku dan menampakkan diri bahwa dirinyalah yang telah berjasa menolong beliau, berjasa telah membantu Islam dan Nabi, akan tetapi ini sungguh terbalik. Akhirnya diabadikan dalam Al-Quran,
يَمُنُّونَ
عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُل لّا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلامَكُم بَلِ
اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلإِيمَانِ إِن كُنتُمْ
صَادِقِينَ
“Mereka merasa telah berjasa kepadamu dengan keIslaman mereka.
Katakanlah, “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keIslamanmu,
sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan
kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang jujur.” ( Al-Hujurat: 17)At-Thabari rahimahullah berkata,
وذُكر
أن هؤلاء الأعراب من بني أسد, امتنوا على رسول الله صَلَّى الله عَلَيْهِ
وَسَلَّم, فقالوا: آمنا من غير قتال, ولم نقاتلك كما قاتلك غيرنا, فأنـزل
الله فيهم
“Disebutkan bahwa mereka adalah Arab badui dari bani Asad yang menyebut-nyebut (jasa) kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam , mereka berkata, kami masuk Islam tanpa peperangan,
kami tidak memerangimu sebagimana orang yang lain. Maka Allah menurunkan
Ayat ini.”[1]Dalam Tafsir Al-Muyassar dijelaskan,
يَمُنُّ
هؤلاء الأعراب عليك -أيها النبي- بإسلامهم ومتابعتهم ونصرتهم لك، قل لهم:
لا تَمُنُّوا عليَّ دخولكم في الإسلام؛ فإنَّ نفع ذلك إنما يعود عليكم،
ولله المنة عليكم فيه أنْ وفقكم للإيمان به وبرسوله، إن كنتم صادقين في
إيمانكم.
“Orang Arab Badui (bani Asad) menyebut-nyebut (jasa) kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan masuk Islamnya mereka, mengikuti dan
menolong. Maka katakan kepada mereka, jangan sebut jasa kalian dengan
masuk Islam karena manfaatnya kembali kepada kalian. Allah yang
memberikan kenikmatan kepada kalian yaitu memberikan taufik dalam
keimanan. Jika iman kalian benar.”[2]Semoga kita sadar..
Bahwa bisa saja Allah meolong agama ini bukan dari tangan kita, melainkan tangan orang lain, atau bahkan bisa jadi dari tangan orang yang fasik.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَأَنَّ اللهَ يُؤَيِّدُ هَذَا الدِّينَ بِالرَّجُلِ الْفَاجِرِ
“Terkadang/boleh jadi Allah menolong agama ini dengan orang yang fajir/pelaku maksiat”[3]Kita tidak perlu kaget dengan hadits ini, karena bahkan terkadang Allah menolong agama ini dengan orang kafir seperti Abu Thalib paman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ibnu Batthal rahimahullah berkata menjelaskan hadits ini,
وقوله: (إن الله يؤيد هذا الدين بالرجل الفاجر) يشتمل على المسلم والكافر، فيصح أن قوله: (لا نستعين بمشرك) خاص فى ذلك الوقت
“Sabda beliau, ‘Terkadang/boleh jadi Allah menolong agama ini dengan orang yang fajir alias pelaku maksiat’, mencakup orang muslim dan orang kafir,
sabda beliau shohih yaitu ‘kita tidak perlu meminta bantuan kepada
orang musyrik”, maka hadits ini khusus pada waktu tersebut [tidak
bertentangan, pent]”[4] Ibnu Hajar Al-Asqalaniy rahimahullah menjelaskan hadits ini,
جزم بن المنير والذي يظهر أن المراد بالفاجر أعم من أن يكون كافرا أو فاسقا ولا يعارضه قوله صلى الله عليه وسلم إنا لا نستعين بمشرك
“Ibnul Munir menegaskan bahwa pendapat terkuat yang dimaksud Al-fajir adalah lebih umum dari kafir atau fasik dan tidak bertentangan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ‘kita tidak perlu meminta bantuan kepada orang musyrik.”[5] Semoga kita sadar, bahwa Allah tetap akan menolong dakwah Islam walaupun tanpa kita, Masjid Allah pasti ada yang memakmurkannya walaupun tanpa diurus oleh kita, Zakat pasti tetap jalan walaupun tanpa kita, bahkan walaupun seluruh penduduk bumi tidak ada yang menolong agama Allah, Allah tetap akan memenangkan agamaNya. karena hanya Allah yang menggerakkan hati dan memberi petunjuk kpd manusia, bukan kita. maka sadarlah, jangan merasa penting dan jangan sombong di hadapan dakwah ini.
Wallahu musta’an.
Komentar
Posting Komentar