Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah






Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah adalah seperangkat nilai dan norma Islami yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah untuk menjadi pola bagi tingkah laku warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan sehari-hari sehingga tercermin kepribadian Islami menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
 Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah merupakan pedoman untuk menjalani kehidupan dalam lingkup pribadi, keluarga, bermasyarakat, berorganisasi, mengelola amal usaha, berbisnis, mengembangkan profesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mengembangkan seni dan budaya yang menunjukkan perilaku uswah hasanah (teladan yang baik).

Untuk siapakah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah ini?
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah menjadi pedoman bagi seluruh warga Muhammadiyah, termasuk para pimpinan, anggota pengurus, pimpinan dan karyawan amal usaha, pimpinan sekolah, guru-guru, penjaga sekolah, satuan keamanan,  dan tidak terkecuali pula yaitu para pimpinan dan seluruh anggota ortom-ortom. 
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah ini juga bisa diikuti oleh para simpatisan dan dapat dijadikan sebagai media untuk memperkenalkan apa itu sesungguhnya Muhammadiyah. Berikanlah buku Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah ini kepada tetangga, teman sejawat, dan relasi anda. Dengan begitu, mudah-mudahan mereka akan mengenal apa itu Muhammadiyah, bagaimana perilaku kehidupan Islami yang dicita-citakan oleh Muhammadiyah. Karena tak bisa kita pungkiri, beberapa orang yang mengaku warga Muhammadiyah justru tindak-tanduknya, ucapannya, sudah sangat jauh dengan apa yang sudah Islam ajarkan. Tentunya hal ini membuat malu persyarikatan. Bahkan tidak itu saja, namun juga membuat malu bangsa, membuat malu agama Islam. Bisa jadi orang tersebut memang bermuhammadiyah sekedar hanya mencari kedudukan atau jabatan di perserikatan di pimpinan pusat, di pimpinan wilayah, di pimpinan daerah, di pimpinan cabang, di pimpinan ranting, di ortom-ortom, dan lain sebagainya.  Atau bisa jadi pula mereka sekedar hanya mencari kesibukan atau mengisi waktua luang. atau bisa jadi hanya karena sudah terlanjur masuk ke lingkungan Muhammadiyah, atau karena bertujuan Mereka mencari popularitas dan penghidupan di Muhammadiyah. tetapi bukan menjaga dan mengukuhkan nilai-nilai Muhammadiyah namun justru menghancurkannya.
Bukti di lapangan membuat kita sebagai warga Muhammadiyah kadang bingung, sebagai contoh ada seseorang atau sekelompok orang Muhammadiyah yang telah memikul suatu tanggung jawab, tapi tidak melaksanakan tanggungjawabnya dengan baik, ke Masjid saja jarang dan hanya bila ada undangan atau moment tertentu. ketika dia hidup di kampungnya dia melepaskan baju Muhammadiyahnya, karena mungkin takut dibenci oleh masyarakatnya atau takut tidak dijadikan tokoh masyarakat. Atau ada juga yang sangat ekstrim yang suka memvonis masyarakat selalu bertenatangan dengan pemahaman agamanya, yang menjauhi seluruh tradisi masyarakat bahkan tidak mau menjalin hubungan sosial yang baik atau tidak peka dengan kehidupan bertetangga, misalnya : tidak mengunjungi orang yang sakit. d sisi lain juga ada sekolompok orang Muhammadiyah yang merasa telah berjasa banyak kepada dakwah Muhammadiyah, sehingga merasa dirinya orang penting, dan bahkan merasa oraganisasi Muhammadiyah ini miliknya, sehingga kadang terlontar dari ucapan " Muhammadiyah ini apa kata saya" dan juga sikapnya yang suka merendahkan atau menyepelekan anggota yang lain dan suka "menghakimi" benar atau salahnya orang, bahkan yang paling parah adalah kita sangat malu harus mengaku di sini bahwa banyak  orang Muhammadiyah yang sudah mengesampingkan akhlah Islami dalam berorganisasi, bagaimana akhlah yang diajarkan Rasul misalnya akhlak yang muda (junior) kepada yang tua (senior), dan yang tua kepada yang muda., bagaimana cara menerima "berita" dan menghadapi "masalah internal". Harus kita akui kepada Allah bahwa  kita lebih banyak menggunakan standard hawa nafsu/ego kita dalam menjalankan organisasi lebih-lebih ketika kita menghadapi sebuah "masalah internal" daripada berpatokan kepada al Quran dan sunnah Rasul. entah apa sebabnya kita seperti ini, apakah karena ketidaktahuan kita kepada ajaran Islam ataukah sebab yang lain?

sifat ego yang tinggi melekat pada SDM – SDM yang ada di organisasi. Perbedaan pemikiran dan warna adalah hal yang lumrah dalam suatu organisasi, tetapi sikap rendah hati (tawadlu') harus tetap diutamakan. Setiap anggota organisasi harus bisa menerima pemikiran orang lain jika itu lebih baik ketimbang pemikiran diri sendiri. Permasalahan klasik mengapa di dalam organisasi sangat riskan terjadi konflik internal itu karena kekurangan rasa rendah hati. Oleh karena itu dengan merendahkan hati, maka virus ego pada diri setiap anggota bisa diminimalisir bahkan dihilangkan. Tawadlu merupakan akhlak Rasul. inilah yang telah hilang dari diri kita. seiring hilangnya sifat tawadlu' inilah hilang juga sifat 'tarahum' yaitu saling menyayangi sesama muslim, justru kita mungkin tidak sadar dalam diri kita yang ada sifat 'asyidda' (keras dan kasar) kepada sesama muslim, apakah kita tidak takut tidak termasuk barisan pengikut Muhammad sejati yang telah digambarkan sifat-sifatnya di dalam al Quran, Taurat dan Injil :
"Muhammad adalah utusan Allah. Orang-orang yang bersama dengan dia, keras (tegas) terhadap orang-orang kafir dan berkasih sayang sesama mereka....". (kutipan terjemah QS. al Fath ayat terakhir).
Apabila sebuah organisasi  dakwah sudah mengesampingkan akhlak Islami maka hakikatnya organisasi ini ibarat hanya kumpulan fisik manusia tanpa ruh.  Maka Kemenangan dakwah Islam sangat sulit untuk diraih. Kecuali hanya kesuksesan-kesuksesan yang sifatnya fisik, misalnya pembangunan-pembangunan fisik saja.

Komentar