Sepak Bola dan Airmata

Suarez/Kompasiana (twadl.com)
Suarez/Kompasiana (twadl.com)
Demam bola kini melanda dimana-mana. Seantero jagat raya seperti terbius dengan eforia ini. Untuk sejenak berbagai persoalan yang mengemuka di bangsa ini seperti bertukar tempat dan bergeser dibelakang gegap gempita dan sorak sorai yang membahana dari lapangan rumput hijau di benua Amerika.

Suhu politik yang memanas di bangsa ini seakan-akan mereda tersiram aliran air sejuk yang mengalir dari negeri samba. Publik yang hampir setiap hari dibuat galau dan ketar-ketir akibat mendengar berita-berita yang tidak berimbang, kini mendapat suguhan sportif dari dunia olah raga. Pikiran tegang dan ruwet akibat menonton drama di panggung politik negeri ini, kini bisa lebih santai dan rileks melihat sukacita penyelenggaraan perhelatan akbar ini. Tontonan monoton dari kibaranbendera-bendera partai yang melambai di negeri ini kini berganti dengan kemeriahan warna-warni bendera bangsa-bangsa yang melambai gembira di lapangan sepak bola. Hati terasa bahagia melihat bintang-bintang kesayangan beraksi di lapangan rumput dengan suguhan permainan yang elok dan memikat hati.


Sepak bola tidak akan pernah tergantikan oleh apapun, begitu kata Ethan, 12 tahun, anak tetangga. Football is number one, komentar Joey, 16 tahun, pelajar SMP yang pernah penulis temui. Dan bukan rahasia lagi jika sebagian besar wanita terbakar api cemburu karena sang suami lebih betah di depan televisi dibanding ngobrol berduaan. Seorang istri malah pernah berkata : “ Suamiku punya dua istri. Saya istri pertamanya dan yang kedua adalah dia, si kulit bundar”. (Hehe… telah terjadi perselingkuhan?)

Konon di Brazil, setiap pria akan menanti kelahiran bayinya dengan menggenggam bendera dari klub sepak bola favoritnya. Begitu terdengar tangisan pertama dari sang bayi, maka ayahnya segera menyebut sebuah nama yang akan melekat sebagai identitas seumur hidup pada diri si anak dan tidak lupa, ia juga akan menyebut nama klub sepak bola kebanggaannya, dan sejak saat itu juga sang buah hati sudah tergabung dengan ribuan fans klub sepak bola tersebut. Dahsyat !! Begitu hebatnya pengaruh sepak bola disana.
Pesona bola kaki ternyata tidak saja membius para pria, namun juga mampu memikat hati kaum hawa. Kini jamak kita lihat ribuan wanita turut hadir di lapangan sepak bola untuk memberi dukungan bagi tim kesayangannya dan tidak sedikit wanita yang betah memelototi tayangan kompetisi dunia ini di layar kaca. Mereka membuncah dalam sukacita dan mengelukan nama bintang lapangan pujaannya. (Hehe, boleh dong wanita terpikat juga dengan si kulit bundar, tak ada undang-undang yang melarang kan?). Hebat !! Dari permainan sepak bola, setiap pria dan wanita, tua dan muda, kecil dan besar, dari suku manapun dan belahan dunia manapun belajar tentang sportivitas, kerja keras, kedisiplinan, pengorbanan, dan tanggung jawab. Sebuah perhelatan akbar dan terhormat. Setidaknya, itulah yang diharapkan.
Kesan paling membekas di hati dan menggugah perasaan adalah saat-saat di ujung laga, ketika wasit meniup peluitnya. Seluruh manusia dari kaum, suku, bangsa dan bahasa akan terbagi dalam dua kelompok. Kelompok orang-orang yang larut dalam sukacita dan kelompok orang-orang yang tertunduk lesu bersama tim kesayangan yang melangkah gontai meninggalkan lapangan rumput.

Haru biru perasaan bahagia yang membuncah seringkali diiringi air mata kebahagiaan. Bahagia karena tim kesayangannya merajai kompetisi dan berhak menyandang predikat juara. Airmata kebahagiaan tumpah ketika bendera kebangsaan berkibar dihadapan jutaan pasang mata dunia diiringi lagu kebangsaan yang dinyanyikan bercampur haru dan bangga. Dan mereka, para pemain, telah menjadi pahlawan kebanggaan negaranya. Mereka kembali ke negaranya dengan wajah sumringah dan kebanggaan yang melekat disana. Mereka disambut dengan rasa hormat yang gegap gempita bersama dengan airmata kebahagiaan.

Diantara bunyi terompet dan genderang yang riuh rendah memenuhi atmosfer yang ditaburi kembang api, di kubu seberang, mendung hitam bersemayam disana. Umpatan dan kemarahan atas kekalahan tim kesayangan melayang diudara. Para pendukung tim yang kalah menitikkan airmata, bersatu dengan kesedihan dan rasa sesalmendalam yang bergelayut di dada tim kesayangannya. Keringat para pemain masih bercucuran, berbaur dengan airmata. Sebuah penyesalan yang mendera karena tak kuasa melumatkan keliaran si kulit bundar.

Ketika waktu merayap perlahan dan setiap pasang kakimeninggalkan lapangan rumput dengan membawa kesan mendalam di hati, kini lapangan sepak bola seolah diam dalam kebisuan. Ia telah menjadi saksi gegap gempita dan eforia yang dahsyat. Ia juga telah menjadi saksi atas keringat dan airmata yang tertumpah disana.
*Selamat atas kemenangan Tim Samba : 3-1 atas Kroasia *
#turut gembira J#

Komentar