Judul Film : Oshin (2013)
Sutradara : Sin Togashi
Bintang : Kokone Hamada, Aya Ueto, Goro Inagaki, Pinko Uzumi
Rated : ****
Seorang gadis kecil berjalan tertatih di hamparan badai salju. Kemudian
masuk intro lagu yang membuat air mata langsung menetes, terutama bagi
mereka yang punya hati. Badai salju metafora yang bagus menggambarkan
pahit kehidupannya. Opening scene yang langsung mengingat pencinta serial televisi populer Jepang 1980-an berjudul sama: Oshin dan diiringi soundtrack khasnya.
Oshin versi layar lebar ini fokus pada masa kecilnya ketika usianya 7-8 tahun. Dimulai dengan setting 1907 di suatu wilayah di Jepang, dara cilik itu diminta bekerja oleh ayahnya Sakuzo Tanimura karena saking miskinnya-digambarkan dengan baik lewat sebuah adegan hanya dapat pikulan beras yang minim. Anak sekecil harus berjuang untuk hidupnya. Adegan perpisahan ketika dia naik rakit mengarungi sungai lalu ibu Fuji Tanimura mengejar di pinggir sungai sudah cukup menyayat. Sang nenek-yang sayang padanya- memberikan sekeping uang disimpan dalam kalungnya agar bisa berguna kelak.
Oshin mulanya bekerja menjadi baby sitter di sebuah rumah tangga. Di sini dia bernasib naas karena kepala pelayannya bersikap zholim, bahkan lebih majikannya sendiri. Bukan saja dieksploitasi tetapi makanan yang diberikan kurang. Oshin kemudian diusir dari tempat majikannya karena dituduh mencuri uang. Uang dari neneknya disangka uang majikannya.
Mulailah petualangan Oshin sebenarnya. Dia kemudian ditolong oleh seorang deserter militer yang mengajarinya membaca. Oshin
digambarkan cerdas dan cakap menangkap pelajaran. (Sebetulnya ada
adegan di awal Oshin mencuri membaca dari buku di abwah anak tetangganya
cukup member epsan pada penonton semangat Oshin belajar) Sayang sang Oshin harus pergi ketika mulai menemukan kebahagiaannya. Sang desertir tertangkap. Setelah sempat pulang Oshin kemudian diterima bekerja di sebuah rumah tangga lainnya. Diceritakan itu terjadi pada 1908.
Di sini nenek dari rumah tangga itu Kuni (Pinko Izumi) bersikap bijak. Masalah bagi Oshin ialah anak gadis di rumah tangga itu bernama Kayo ( Manami Igashira) yang kurang suka padanya. Selain itu Oshin menemukan ibunya juga di kota yang sama dalam keadaan yang tidak diinginkannya. Namun cara Oshin menerima keadaannya dan tetap berjuang benar-benar menyentuh. Seperti nasehat Kuni, nenek di rumah tangga majikannya.
Hidup itu kejam. Kau harus menerimanya dengan lapang dada. Kelak suatu hari kebahagiaan akan kau raih.
Oshin adalah inspirasi. Dia tidak dendam terhadap kehidupannya. Suatu sikap yang mungkin tidak dipunyai setiap orang. Perjuangannya layak diberi applaus.
Meski hanya fokus pada Oshin usia 7-8 tahun, film ini 80% menguras air mata. Seluruh adegan bagus dan tidak terbuang karena pandainya sang sutrdara memadatkan versi serinya ke layar lebar. Yang tidak pernah menonton serialnya pun akan memahami. Tetapi adegan favorit saya ketika Oshin diminta makan oleh majikan keduanya. Nasinya masih banyak (tidak seperti majikan pertamanya nasi sisa). Wajahnya menjadi cerah, tersenyum lebar dan dia mensyukuri nikmat yang didapatnya. Walau itu hanya nasi. Air mata saya pun jatuh berderai. Sekali sikap yang belum tentu dimiliki setiap manusia.
Poin yang terbesar saya berikan pada Kokone Hamada yang memainkan Oshin kecil dengan sangat baik. Gestur tubuhnya, mimik wajahnya begitu meyakinkan. Scene ketika dia memohon kerja hingga membuat Kuni (majikan keduanya) luluh membuat saya bergetar. Oshin hanya ingin hidup seperti layaknya manusia. Dia tidak iri terhadap
orang yang ada di atasnya dan selalu bersemangat. Seperti pesan Achan,
tentara yang desertir yang menemukannya di hamparan salju, sebelum
tentara itu meninggal karena tertembak: Oshin kau harus tetap hidup (dalam sesulit apa pun).
Sinematografinya ciamik benar. Dominasi adegan bersalju pas dengan ruh film ini penuh perjuangan hidup. Kalau saya pribadi menangkap film ini dengan sudut pandangan lain: Oshin adalah Jepang yang gigih, ulet tak pernah berhenti belajar. Itu sebabnya Jepang tidak bisa dijajah oleh bangsa Barat.
Komentar
Posting Komentar