![]() | |
kecantikan yang sesungguhnya adalah kecantikan jiwa(Ibnul Qayyim) |
Seorang
pria yang bijak nan pandai tentu mengidamkan seorang calon isteri,
seorang wanita yang dia yakini dapat membahagiakannya. Dia tidak akan
menjerumuskan diri ke dalam perangkap seorang wanita yang dapat membuat
lelah hidupnya, kering kerontang dari kasih sayang, serta dipenuhi
persoalan dan masalah yang membuatnya tidak merasa bahagia. Sebaliknya,
dia berusaha untuk mendapatkan wanita yang sejuk dipandangnya, lembut
dibelainya, menaunginya dengan kasih dan cinta, meredam amarah dan
gejolak yang terbawa dari luar rumah, serta mampu mendidik anak-anak
buah hatinya menjadi anak yang taat dan menyenangkan. Itulah wanita
salihah, idaman dan dambaan setiap laki-laki.
Islam,
berdasarkan tuntunan dari Rasulullah saw., telah merangkai
kriteria-kriteria dari wanita yang layak menjadi pendamping hidup.
Diriwayatkan Abdullah bin Amr, Nabi saw., bersabda:
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَزَوَّجُوا
النِّسَاءَ لِحُسْنِهِنَّ فَعَسَى حُسْنُهُنَّ أَنْ يُرْدِيَهُنَّ وَلَا
تَزَوَّجُوهُنَّ لِأَمْوَالِهِنَّ فَعَسَى أَمْوَالُهُنَّ أَنْ
تُطْغِيَهُنَّ وَلَكِنْ تَزَوَّجُوهُنَّ عَلَى الدِّينِ وَلَأَمَةٌ
خَرْمَاءُ سَوْدَاءُ ذَاتُ دِينٍ أَفْضَلُ
"Rasulullah:
"Janganlah kalian menikahi wanita karena kecantikannya, bisa jadi
kecantikannya itu merusak mereka. Janganlah menikahi mereka karena
harta-harta mereka, bisa jadi harta-harta mereka itu membuat mereka
sesat. Akan tetapi nikahilah mereka berdasarkan agamanya. Seorang budak
wanita berkulit hitam yang telinganya sobek tetapi memiliki agama adalah
lebih utama." (HR. Muslim)
Wanita
yang cantik, rupawan, nan elok, tidak disangkal menjadi impian dari
kebanyakan pria. Sehingga, ketika wanita seperti itu melintas di
hadapannya, dapat dipastikan mata sang pria akan mengikuti pemandangan
tersebut sampai hilang di ujung jalan. Namun cukupkah kecantikan wanita
tersebut bagi dirinya untuk menjadi bahagia?
Hadis di atas mewanti-wanti pria yang tergoda oleh kecantikan wanita seperti ini. Kecantikan
bagi seorang wanita bisa menjadi anugerah yang besar, ketika wanita
tersebut mensyukurinya. Namun bagi wanita yang tidak bersyukur, dia
tidak menyadari bahwa kecantikan itu dapat melalaikannya dari agama.
Mengapa? Sebab, kecantikan akan mendatangkan pujian. Pujian itu sendiri
dapat menjadi candu yang memabukkan. Ketika seseorang dimabuk pujian,
maka logika akal sehat bisa terdegradasi (berkurang). Jika sudah
demikian adanya, maka bukan rahmah yang diperoleh oleh suaminya kelak
ketika telah menikah, melainkan fitnah. Selain itu, kecantikan seseorang
bersifat sementara. Kecantikan akan berkurang dengan bertambahnya usia.
Maka seorang pria yang menikahi wanita karena faktor kecantikan bisa
jadi akan berpaling ke wanita lain yang lebih cantik setelah kecantikan
itu berkurang dari wanita pertamanya. Jika ini terjadi, maka dimulailah
episode pertengkaran dan cekcok dalam rumah tangga.
Bagaimana dengan Isteri yang Kaya?
Mendapatkan
wanita yang kaya bukan hal yang tercela. Nabi saw., sendiri menikahi
Khadijah, seorang saudagar yang kaya raya. Perkawinan mereka langgeng
dan harmonis, bahu membahu dalam bekerja dan berdakwah. Akan tetapi,
memilih untuk menikah dengan kekayaan sebagai alasan utamanya bukan
pilihan tanpa resiko. Harta kekayaan yang melimpah jika tidak disyukuri
dan tidak dimanfaatkan untuk kebaikan, justru menjadi ‘bumerang’ bagi
pemiliknya. Allah berfirman:
Dan
(ingatlah), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Ibrahim: 14).
Ayat
ini berlaku umum untuk pria dan wanita. Plus minus dari kekayaan adalah
ia dapat menjadi alat dan sarana untuk mendatangkan kebaikan yang lebih
banyak sekaligus dapat menjadi penyebab dari kedurhakaan. Sebab
banyaknya nikmat yang diperoleh seseorang dari Allah swt.,
berimplikasi seimbang dengan tingkat rasa syukurnya kepada Allah.
Karena itu, Nabi saw., mengajarkan doa :
“Ya
Allah, curahkanlah kepada kepada kami rasa takut kepada-Mu yang
menghalangi kami dari bermaksiat kepadaMu, dan ketaatan kepada-Mu yang
mengantarkan kami kepada SurgaMu, dan curahkanlah keyakinan yang
meringankan musibah di dunia. Berilah kenikmatan kami dengan pendengaran
kami, penglihatan kami, serta kekuatan kami selama kami hidup, dan
jadikan itu sebagai warisan dari kami, dan jadikan pembalasan atas orang
yang menzhalimi kami, dan tolonglah kami melawan orang-orang yang
memusuhi kami, dan janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama
kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian kami terbesar,
serta pengetahuan kami yang tertinggi, serta jangan engkau kuasakan atas
kami orang-orang yang tidak menyayangi kami”. (HR. Turmuzi)
Pilihlah Muslimah Sejati
Sebagaimana halnya muslim sejati, muslimah sejati
adalah wanita yang menjalankan perannya dalam kehidupan ini sesuai
dengan ajaran Islam. Kekayaan dan kecantikan sama sekali tidak terkait
dengan kesejatian seorang muslimah. Yang terpenting adalah bahwa wanita
memiliki peran yang sama pentingnya dengan pria dalam mengarungi
samudera kehidupan ini, dalam membina anak, menegakkan syiar Islam, atau
mengamalkan Islam secara keseluruhan.
Wanita
salihah sesungguhnya adalah seorang muslimah sejati. Dia mematuhi dan
mentaati suaminya sepenuh kepatuhan dan ketaatan dalam rel dan koridor
agama. Dia mencintai suami dan anak-anaknya sebagai bagian dari cintanya
kepada Allah. Maka ketika suaminya khilaf dan menyimpang
dari ajaran agama, dialah yang pertama menegurnya dengan cara yang
halus, yang tidak menyinggung perasaan suaminya. Ketika suaminya giat
dalam bekerja dan berdakwah, sang isteri berperan sebagai “amunisi dan
bahan bakar” yang memotivasi dan mensupport secara maksimal.
Wanita yang salihah, tidak membiarkan hatinya ditumbuhi benih pengkhianatan dan penyelewengan. Dia menutup hati dan qalbunya rapat-rapat
tanpa celah dari kekaguman dan pesona pria selain suaminya. Bahkan
kalau boleh dia meminta kepada Allah kiranya ruhnya dicabut dalam
kesetiaan dan cintanya, mendahului suaminya. Karena dia tidak ingin
kalau suaminya yang meninggal terlebih dahulu, akan datang berbagai
godaan yang merusak cinta dan setianya kepada suami.
Ciri Utama Isteri Salihah
Lalu, apa ciri-ciri utama dari seorang isteri yang salihah? Nabi saw., memberikan keterangan sebagai berikut:
“Maukah
aku beritahukan kepadamu tentang sebaik-baik harta pusaka seseorang?
Yaitu wanita shalehah yang menyenangkan jika dipandang, yang taat
padanya jika disuruh, yang bisa menjaganya jika ditinggal pergi.” (HR. Abu Daud dan al-Hakim dari Umar ra.)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ سُئِلَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ
خَيْرٌ قَالَ الَّذِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ
وَلَا تُخَالِفُهُ فِيمَا يَكْرَهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ
Dari
[Abu Hurairah]; Rasulullah: "Wanita yang bagaimana yang paling baik?"
Beliau menjawab: "Jika ia dipandang selalu menyenangkan, jika diperintah
taat, dan tidak menyelisihinya terhadap perkara yang ia benci bila
terjadi pada dirinya (istri) atau hartanya (suami)."
Dari hadis di atas, disebutkan minimal 3 (tiga) ciri wanita (isteri) salihah, yaitu:
1. Menyenangkan
jika dipandang. Tidak harus cantik nan rupawan bagi seorang wanita
untuk menyenangkan orang yang memandangnya. Kalau jiwanya dipenuhi
keikhlasan, rasa syukur, percaya dan yakin bahwa Allah menjaganya selama dia
taat, hatinya penuh dengan praduga baik (husnuzhzhann), maka batinnya
memancarkan sinyal-sinyal kasih sayang yang menyentuh hati orang yang
memandangnya, tanpa menimbulkan niat buruk. Itulah qurratu ‘ain, istilah
al-Qur’an bagi isteri dan anak-anak saleh yang menjadi penyejuk mata
bagi suami atau ayahnya. Sekali lagi, bukan kecantikan fisik yang
menyenangkan untuk dipandang, tetap keindahan batin.
2. Taat
jika disuruh. Seorang pria yang bijak, tidak memperlakukan isterinya
bagaikan pembantu atau pelayannya. Maka adalah sikap dan anggapan keliru
dari “perkumpulan suami-suami” yang atas nama agama, menginginkan
ketaatan dari seorang isteri, layaknya ketaatan atasan terhadap bawahan,
atau majikan terhadap buruhnya. Ketaatan yang dimaksudkan dan
diinginkan di sini adalah ketaatan yang proporsional bagi seorang isteri
dan ibu rumah tangga yang terhormat. Seorang suami yang meminta
dibuatkan the buatan tangan isterinya wajar dan wajib ditaati. Namun
jika suami menyuruh isteri untuk mengepel dan membersihkan
rumah padahal dia mempunyai atau mampu membayar pembantu, maka ketaatan
yang diminta suami di sini adalah ketaatan yang berlebihan.
3. Menjaga
amanah rumah tangganya saat ditinggal pergi. Amanah yang harus dijaga
wanita terhadap suaminnya tidak lain adalah kehormatan dirinya sendiri,
harta suaminya, serta anak-anaknya. Terkadang hal ini menjadi sesuatu
yang berat bagi seorang wanita. Adakalanya, karena suatu tugas, seorang
suami harus pergi ke luar kota atau ke luar negeri untuk beberapa lama.
Di sinilah godaan yang berat bagi seorang wanita. Jika ia mampu menjaga
amanah tersebut, maka inilah profil wanita ahli surga.
Firman Allah:
Jika
Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya
dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman,
yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang
janda dan yang perawan. (Attahrim:5)
Maka
engkau wahai wanita muslimah, jadilah isteri yang salihah bagi suamimu.
Jadilah ibu yang penyayang bagi anak-anakmu, dan jadilah anak yang
berbakti bagi kedua orang tuamu. Maka engkau akan hidup terhormat di
dunia, dan menjadi idola di akhirat kelak.
Oleh Dr. Saifuddin Zuhri
Komentar
Posting Komentar